Monday, August 10, 2015

Obat Hati Yang Gersang

Dalam sebuah riwayat telah dijelaskan bahwa Abu Hurairah ra. mengabarkan bahwa  seseorang telah melapor kepada Rasulullah saw, tentang kegersangan hatinya. Lalu, Nabi saw menjelaskan: “bila engkau mau menghidupkan qalbumu, beri makanlah orang orang miskin dan cintai anak yatim”. (H.R. Ahmad).
Jamuan makan siang oleh donatur di Asrama YABNI Padang
Riwayat ini sangat relevan dengan realitas yang ada di tengah-tengah kita sekarang ini. Banyak manusia yang merasa kurang, kegelisahan selalu melilit, padahal jika dilihat ia telah berada pada standar hidup layak dan berkecukupan. Memiliki rumah mewah, mobil dan dilimpahkan kekayaan yang cukup, anak sekolah tinggi-tingi dan di tengah masyarakat mendapat posisi yang terhormat. Tetapi di lain pihak justru semua itu tidak menjadikannya tenteram dan nyaman, hati selalu di hantui rasa kurang dan perasaan gundah.
Obat ala Rasulullah saw dalam perkara ini adalah peduli kepada orang miskin dan cintai sertai kasihi anak yatim dengan jalan tunaikan zakat, infak, sedekah, dan kepedulian lainnya yang di landasi tujuan membahagiakan fakir, miskin, dan yatim sebagai ekspresi dari jiwa syukur atas anugerah nikmat Allah. Syukur di sini adalah aktivitas yang lahir dari keyakinan, bahwa harta yang di milikinya, titipan Allah yang harus dipergunakan secara proporsional sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.
Telah diriwayatkan juga kepada kita bahwa Nabi Ibrahim As. belum bersedia makan kecuali jika ada beberapa tamu yang ikut serta makan bersama di mejanya. Ketika terjadi tidak ada seorang tamu pun yang datang ke rumahnya, padahal ia sudah merasa lapar. Nabi Ibrahim pun pergi keluar untuk mencari seseorang yang bersedia diajak makan bersamanya. Akhirnya di tepi hutan, ia bertemu dengan seorang yang telah berusia lanjut.
Ibrahim pun mengundangnya untuk makan. Di tengah perjalanan, Ibrahim as bertanya kepada lelaki tua itu mengenai agama yang di anutnya. Si lelaki tua itu menjawab, bahwa ia seorang yang tidak beragama (Atheist). Mendengar hal ini, Ibrahim menjadi marah dan membatalkan undangan makannya kepada si lelaki tua itu.
Namun tak lama setelah itu, Ibrahim as mendengar suara dari atas  Wahai Ibrahim, kami bersabar atasnya selama tujuh puluh tahun meskipun ia tidak beriman (kepada kami), namun engkau tidak dapat bersabar atasnya, meskipun hanya tujuh menit saja? Mendengar itu, Ibrahim as pun sadar, lalu ia segera menyusul lelaki tua itu untuk mengajak kembali ke rumahnya untuk makan malam bersamanya.
Rasulullah saw bersabda, Seseorang yang melewati malamnya dengan perut kenyang sedangkan tetangganya menderita lapar, berarti ia tidak pernah beriman kepadaku. Pada hari kiamat kelak, Allah tidak akan memandang penduduk suatu negri yang salah satu warganya kelaparan.
Santunan oleh donatur untuk santri asuh Rumah Asuh YABNI Padang
Ketika seorang miskin mati kelaparan, itu terjadi bukan karena tuhan tidak memperhatikannya. Tetapi karena kita enggan memberikan kepada orang itu sesuatu yang dibutuhkannya. Lantaran ada bisik rasa selalu kekurangan dalam hati kita. Sehingga kita lebih takut rugi jika memberi. Padahal seperti wasiat Rasulullah SAW, memberi dan mencintai fakir miskin, obat mujarab untuk menjernihkan dan menenangkan hati dan jiwa manusia.
Itu sepenggal cerita teladan yang penting untuk kita simak dan perlu kita apresiasikan dalam keseharian. Supaya kita terbebas dari berbagai penyakit yang muncul beragam dalam masa ini. Dimana banyak penyakit yang timbul dalam kekinian, banyak disebabkan karena persoalan mental yang tidak dilandasi rasa syukur, tetapi sebaliknya gengsi dan keserakahan berkecamuk di benaknya. Semoga kita dapat membebaskan diri dari penyakit hati dan ketidak pedulian. Dan semoga kita senantiasa diberikan kesehatan serta kebahagian oleh Allah. (Uje)



0 comments:

Post a Comment